Khasanah anak negeri
Dolanan atau permainan anak Nusantara banyak ragamnya. Permainan anak tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang di miliki negeri ini. Permainan tradisional bukanlah permainan yang tanpa makna melainkan permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan oleh leluhur bangsa ini pun berdasar atas banyak pertimbangan dan perhitungan. Hal ini karena leluhur kita mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.
Permainan tradisional memang bukan penentu pokok baik atau tidaknya bangsa kita, mengingat banyak hal yang jauh lebih berpengaruh dalam hal ini. Namun, suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri pula, bahwa permainan tradisional ini akan banyak memberi pengaruh bagi masa depan bangsa karena nilai-nilai luhur yang tersirat didalamnya bisa melekat pada pemain-pemainnya, yakni anak-anak dan cucu-cucu kita kelak yang akan meneruskan perjuangan kita dalam mempertahankan bangsa ini. Jadi memang tidak berlebihan jika permainan anak tradisional disebut sebagai “Permata Nusantara”.
Sampai hari ini, kita masih mendengar ungkapan bahwa bangsa kita adalah bangsa besar, dengan khazanah alam-lingkungan maupun alam-budaya yang Sangat kaya, namun jarang kita temukan orang yang dapat menjelaskan seperti apa kekayaan budaya yang kita miliki. Banyak kebudayaan bangsa kita yang tidak kita kenal. Kita baru merasa memiliki setelah kebudayaan tersebut diakui sebagai buah karya bangsa lain. Seperti kasus baru-baru ini, kita meluapkan emosi kita setelah lagu daerah, batik, dan reog kita diakui oleh malaysia. Padahal kita sendiri tidak mau mempelajari dan menghayati warisan kebudayaan yang kita miliki tersebut. Jangan sampai kasus-kasus diatas terulang pada tarian tradisional.
Dahulu Nusantara mendapatkan kemudahan alami, berupa subur makmur tanah-air tetapi lalu lalai, bahwa kemudahan itu adalah karena perkenan-Nya, dependen-Nya. Maka ketika koloinalisme, imperalisme Barat secara aktif menyerang, Nusantra berada dibawah penderitaan penjajahan. Kini setelah merdeka, terdapat ancaman bahaya baru, yaitu sistem kemudahan buatan yang mereka tawarkan. Kini orang lalu menjadi objek perbuatan yang mereka tawarkan. Kini orang lalu menjadi objek penderita dari kemudahan-kemudahan amalan mereka. Suatu kenyataan, bahwa banyak masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa pun kini asyik di depan layar TV, komputer, dan handphone untuk bermain game. Mereka bahkan rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk melengkapi aplikasi game mereka. Hal tersebut tidak mengherankan karena permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan sendiri. Permainan ini pun telah menggunakan teknologi modern sehingga dengan memainkannya mereka tidak akan dikatakan ketinggalan zaman. Berbeda dengan permainan modern ini, permainan tradisional memang tidak menggunakan teknologi canggih bahkan terkesan kuno. Mungkin ketika kita mendengar kata tradisional saja kita sudah enggan untuk memainkannya. Akan tetapi, satu hal yang kita lupakan yakni makna dari permainan ini dan dampaknya bagi perkembangan anak terlebih lagi dalam hubungannya dengan interaksi sosial.
Di zaman yang seperti ini bila kita diberi pertanyaan apakah menurut kita permainan tradisional ini baik bagi anak-anak kita atau lebih dari itu bagi bangsa ini, tentunya rata-rata atau bahkan semua orang akan menjawab ‘baik’. Tetapi inti persoalannya ialah bukan hanya ‘baik’ atau ‘tidak baik’, melainkan ‘mau’ atau ‘tidak mau’. Maukah kita melestarikan bingkisan kecil dari nenek moyang kita ini? jawabnya mungkin bukan ‘mau’ atau ‘tidak mau’, malainkan justru balik bertanya tentang apakah permainan tradisional itu. Bagaimana kita mau melestarikannya jika kita tidak tahu jenis-jenis permainan ini dan cara memainkannya. Kenyataan ini menjadi suatu hal yang wajar ketika kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa bangsa ini telah banyak berubah seiring berkembangnya teknologi modern. Jadi masihkah kita bisa melihat permainan itu lagi, masih dapatkah kita mendengar berbagai lagu dolanan yang sering di nyanyikan oleh anak-anak jaman dulu sambil bersedau gurau. Mungkinkah itu?
Di Era globalisasi saat permainan modern berkembang pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, permainan tradisional kini kian tersisih; tertinggal bahkan terlupakan. Mungkin saat ini hanya sedikit dari kita yang masih tahu jenis-jenis permainan tradisional seperti gatrik, lompat tali , petak umpet , benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi permainan ini tidak dikenal anak-anak sekarang yang tinggal di kota-kota besar. Sangat aneh rasanya jika kita berharap mereka memainkanya sedangkan permainan ini terasa asing bagi mereka.
Dahulu Nusantara mendapatkan kemudahan alami, berupa subur makmur tanah-air tetapi lalu lalai, bahwa kemudahan itu adalah karena perkenan-Nya, dependen-Nya. Maka ketika koloinalisme, imperalisme Barat secara aktif menyerang, Nusantra berada dibawah penderitaan penjajahan. Kini setelah merdeka, terdapat ancaman bahaya baru, yaitu sistem kemudahan buatan yang mereka tawarkan. Kini orang lalu menjadi objek perbuatan yang mereka tawarkan. Kini orang lalu menjadi objek penderita dari kemudahan-kemudahan amalan mereka. Suatu kenyataan, bahwa banyak masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa pun kini asyik di depan layar TV, komputer, dan handphone untuk bermain game. Mereka bahkan rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk melengkapi aplikasi game mereka. Hal tersebut tidak mengherankan karena permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan sendiri. Permainan ini pun telah menggunakan teknologi modern sehingga dengan memainkannya mereka tidak akan dikatakan ketinggalan zaman. Berbeda dengan permainan modern ini, permainan tradisional memang tidak menggunakan teknologi canggih bahkan terkesan kuno. Mungkin ketika kita mendengar kata tradisional saja kita sudah enggan untuk memainkannya. Akan tetapi, satu hal yang kita lupakan yakni makna dari permainan ini dan dampaknya bagi perkembangan anak terlebih lagi dalam hubungannya dengan interaksi sosial.
Di zaman yang seperti ini bila kita diberi pertanyaan apakah menurut kita permainan tradisional ini baik bagi anak-anak kita atau lebih dari itu bagi bangsa ini, tentunya rata-rata atau bahkan semua orang akan menjawab ‘baik’. Tetapi inti persoalannya ialah bukan hanya ‘baik’ atau ‘tidak baik’, melainkan ‘mau’ atau ‘tidak mau’. Maukah kita melestarikan bingkisan kecil dari nenek moyang kita ini? jawabnya mungkin bukan ‘mau’ atau ‘tidak mau’, malainkan justru balik bertanya tentang apakah permainan tradisional itu. Bagaimana kita mau melestarikannya jika kita tidak tahu jenis-jenis permainan ini dan cara memainkannya. Kenyataan ini menjadi suatu hal yang wajar ketika kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa bangsa ini telah banyak berubah seiring berkembangnya teknologi modern. Jadi masihkah kita bisa melihat permainan itu lagi, masih dapatkah kita mendengar berbagai lagu dolanan yang sering di nyanyikan oleh anak-anak jaman dulu sambil bersedau gurau. Mungkinkah itu?
Di Era globalisasi saat permainan modern berkembang pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, permainan tradisional kini kian tersisih; tertinggal bahkan terlupakan. Mungkin saat ini hanya sedikit dari kita yang masih tahu jenis-jenis permainan tradisional seperti gatrik, lompat tali , petak umpet , benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi permainan ini tidak dikenal anak-anak sekarang yang tinggal di kota-kota besar. Sangat aneh rasanya jika kita berharap mereka memainkanya sedangkan permainan ini terasa asing bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar